CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

10 Juni, 2009

Megawatihttp://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri

Megawati Soekarnoputri

Presiden Indonesia ke-5

Masa jabatan

23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004

Wakil Presiden Hamzah Haz

Pendahulu Abdurrahman Wahid

Pengganti Susilo Bambang Yudhoyono

Tanggal lahir 23 Januari 1947 (umur 60)

Yogyakarta, Indonesia

Partai politik PDI-Perjuangan

Pasangan Taufiq Kiemas

Agama Muslim

Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947) adalah Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia. Namanya cukup dikenal dengan Megawati Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah dalam tahap kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia adalah Wakil Presiden. Megawati adalah presiden pertama dalam sejarah Indonesia yang turun takhta secara terhormat.

Kehidupan awal

Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu dimana Sukarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.

Megawati pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).

Karir politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir yang tampan, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.

Karir Politik

Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

1986

Pergantian tampuk pimpinan

pemerintahan Indonesia.

Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI.

1993

Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.

1996

Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.

Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.

Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara.

Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega.

1997

Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah “Mega Bintang”. Mega sendiri memilih golput saat itu.

1999

Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi.

Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara.

2001

Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.

2004

Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% – 60%) dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya.

Perjalanan karir

1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)

2. Anggota DPR-RI, (1993)

3. Anggota Fraksi DPI Komisi IV

4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)

5. Ketua Umum PDI versi

6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang

7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)

8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)

Perjalanan pendidikan

1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)

2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)

3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)

4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)

5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)

Alasan Prabowo Lebih Memilih Megawati Ketimbang SBY

Berikut adalah foto/gambar yang menjelaskan kenapa Prabowo lebih memilih Megawati ketimbang SBY untuk maju dalam Pilpres 2009 di Indonesia.

Silahkan lihat gambarnya di bawah:

megapro

Dari situ ternyata didapat rumusan:

Susilo BY+ Prabowo = Supra

Megawati + Prabowo = MegaPro

Ternyata lebih gagah naik MegaPro…


sby-berbudi

Profil Boediono, Cawapres SBY

boediono-sbyGubernur Bank Indonesia (BI) Boediono dipastikan menjadi pilihan cawapres bagi capres Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan, dari lima kriteria dasar cawapres yang diutarakan SBY, mantan Menko Perekonomian itu mendekati kriteria tersebut.

“Memang tidak ada yang sempurna. Dari lima hal dasar cawapres yang disampaikan Pak SBY, jatuhlah pilihan pada Pak Boediono,” kata Anas, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/5) pagi.

Lima kriteria cawapres yang pernah disampaikan SBY, pertama, memiliki integritas yang ditandai kepribadian dan moral yang tinggi termasuk moral politik. Kedua, memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam menjalankan tugas negara.

Ketiga, mempunyai loyalitas kepada kepala pemerintahan dan bebas dari konflik kepentingan, keempat, diterima oleh mayoritas rakyat, dan kelima, mampu meningkatkan kekokohan efektifitas koalisi pemerintahan.

Akan tetapi, ditambahkan Anas, bukan berarti calon-calon lain yang diajukan oleh partai mitra koalisi tidak memenuhi kriteria tersebut. “Partai Demokrat dan Pak SBY menghormati kalau ada usulan dari partai koalisi. Semua calon sama-sama baik, tapi capres perlu diberi ruang yang cukup untuk memilih mana yang terbaik,” terang Anas.

Presiden dan wakil presiden, lanjutnya, harus merupakan dua tokoh yang bisa saling menerima dengan ikhlas dan memiliki tingkat kecocokan kimiawi yang tinggi sehingga bisa bekerja sama. Mengenai keluhan mitra koalisi yang tak merasa diajak berkomunikasi, Anas mengatakan sudah melakukan pertemuan dengan PKB, PAN, dan PPP, tapi PKS tidak mengirimkan perwakilan partainya.

“Sudah ada pertemuan, kami menjelaskan. Mungkin selama ini karena infonya belum komprehensif sehingga ada yang tidak utuh menangkap. Wajar jika ada dinamika, dan kami yakin sudah ada titik kesepahaman,” ujar Anas.

Pasangan SBY-Boediono, seperti dijadwalkan, akan mendeklarasikan pada 15 Mei mendatang di Bandung, Jawa Barat. (Kompas.com)


Profil Boediono:

boedionoCalon Wakil Presiden (Cawapres) pendamping SBY, Capres Partai Demokrat, ini seorang ekonom profesional bertangan dingin. Tangan dingin Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada dan Doktor Ekonomi Bisnis lulusan Wharton School University of Pennsylvania, AS 1979, ini terbukti selama menjabat Menteri Keuangan pada pemerintahan Megawati, Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (resuffle Senin (5/12/2005), maupun sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Selama menjabat Menkeu Kabinet Gotong-Royong, suami dari Herawati dan ayah dua anak (Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan), ini berhasil membenahi bidang fiskal, masalah kurs, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.

Bersama dalam The Dream Team dan Bank Indonesia, Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia (1972), itu berhasil menstabilkan kurs rupiah pada kisaran Rp 9000-an per dolar AS. Begitu pula dengan suku bunga berada dalam posisi yang cukup baik merangsang kegiatan bisnis, sehingga pertumbuhan ekonomi menaik secara signifikan. Pria berpenampilan kalem dan santun serta terukur berbicara itu juga dinilai mampu membuat situasi ekonomi yang saat itu masih kacau menjadi dingin.

Saat baru menjabat Menkeu, langkah pertama yang dilakukan berpenampilan rapih dan low profile itu adalah menyelesaikan Letter of Intent dengan IMF yang telah disepakati sebelumnya serta mempersiapkan pertemuan Paris Club September 2001. Paris Club ini merupakan salah satu pertemuan penting karena menyangkut anggaran 2002. Setelah itu, dia bersama tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong, secara terencana mengakhiri kerjasama dengan IMF (Dana Moneter Internasional) Desember 2003.

Departemen Keuangan di bawah kendali pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943, itu pun berhasil melampaui masa transisi pascaprogram IMF, yang sebelumnya sudah dia ingatkan akan sangat rawan, bukan hanya menyangkut masalah dana, tetapi juga menyangkut rasa percaya (confidence) pasar. Apalagi kala itu, Pemilihan Umum 2004 juga berlangsung. Kondisi rawan itu pun berhasil dilalui tanpa terjadi guncangan ekonomi.

Dia berhasil menggalang kerjasama dengan Bank Indonesia dan tim ekonomi lainnya, kecuali dengan Kwik Kian Gie yang kala itu tampak berbicara sendiri sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Bappenas.

Sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia berhasil memperbaiki keuangan pemerintah dengan sangat baik sehingga mampu membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional.

Tak heran bila majalah BusinessWeek (AS), memberi Boediono pengakuan sebagai tokoh yang kompeten di posisinya sebagai menteri keuangan. Ia dipandang sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam Kabinet Gotong Royong.

Maka ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden, banyak orang mengira bahwa Boediono akan dipertahankan dalam jabatannya, namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Ternyata, Jusuf Anwar hanya bisa bertahan lebih satu tahun.

Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005, Boediono diangkat menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan mengangkat Sri Mulyani menggantikan Jusuf Anwar sebagai Menteri Keuangan.

Boediono sendiri, dikabarkan sempat menolak secara halus saat diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk memperkuat jajaran tim ekonomi, dengan alasan hendak beristirahat dan kembali mengajar. Namun, akhirnya ia memenuhi permintaan SBY.

Tiga hari sebelumnya, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyo dalam jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara Kelapa Sawit, Medan, Sumatera Utara, Jumat (2/12/2005), mengungkapkan telah meminta mantan Menteri Keuangan Boediono untuk memperkuat tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu, pasar pun menyambutnya dengan antusias. IHSG dan mata uang rupiah langsung menguat.

Terlihat dari nilai tukur rupiah yang langsung naik dibawah Rp 10.000 per dolar AS. Boediono dinilai mampu mengelola makro-ekonomi yang kini belum didukung pemulihan sektor riil dan moneter. Juga perdagangan di lantai Bursa Efek Jakarta (BEJ) naik signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ langsung ditutup menguat hingga 23,046 poin (naik sekitar 2 persen) dan berada di posisi 1.119,417, berhasil menembus level 1.100.

Berbagai pelaku bisnis menilai Boediono kredibel, low profile, tidak banyak bicara, prudent dan sangat konservatif.

Presiden mengakui, sebelum terbang ke Sibolga, Kamis (1/12) pagi, telah bertemu Boediono, memintanya memperkuat tim ekonomi. Menurut Presiden, Boediono cukup meyakinkan untuk mengelola makro-ekonomi dengan baik.

Namun, menurut Presiden SBY, Boediono mengaku ingin beristirahat sambil berbuat baik bagi negara tanpa harus bergabung di kabinet. “Tetapi saya minta, Pak Boediono kalau negara memerlukan, kalau rakyat menghendaki dan Anda harus masuk pemerintahan, tentu itu amanah. Mudah-mudahan semuanya berjalan baik dalam satu dua hari ini,” kata Presiden SBY.

Presiden SBY didampingi Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Juru Bicara Presiden Andi Mallarangeng, dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede, menginginkan ada komunikasi dan konsultasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia.

Diungkapkan, inflasi tahun 2005 yang lebih buruk dari tahun 2004 dinilai jauh dari harapan. Tentu ada faktor yang bisa menjelaskan mengapa inflasi buruk. Harus ada keterpaduan atau harmoni kebijakan fiskal yang dibuat pemerintah dan kebijakan moneter dari Bank Indonesia.

Presiden berharap Boediono akan mampu membenahi kinerja ekonomi Indonesia, terutama di sektor riil dan terkait dengan tingginya laju inflasi saat ini menyusul kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 diiringi tingginya tingkat konsumsi pada bulan puasa Ramadhan dan Lebaran November 2005.

“Mengapa saya akan menata kembali tim ekonomi karena kita ingin semuanya tertata baik, makro-ekonomi, mikro-ekonomi, jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang. Ada yang harus bergerak cepat, yaitu ekonomi, tetapi harus ada yang menjaga stabilitas jangka panjang, sustainability, dan balance, kata Presiden SBY.

Presiden menginginkan orang yang tepat di posisi yang tepat untuk mendukung kerja tim yang kuat. Pemilihan figur didasarkan pada kemampuan melakukan koordinasi dan kerja sama tim yang baik. Presiden berkepentingan dengan dua hal itu, untuk memiliki dewan menteri dan tim kerja yang baik.

Sementara, Boediono yang dikenal sebagai pribadi yang sedikit bicara banyak bekerja itu, belum mau bicara soal ajakan Presiden SBY tersebut.

Akhirnya Dr. Boediono, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943, itu bersedia menjabat Menko Perekonomian menggantikan Aburizal Bakrie. Ia didukung Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga handal. Mereka membawa perekonomian Indonesia pada track dan daya tahan yang baik, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi global.

Kemudian, ada tanggal 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah.

Sebelum menjabat Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001–2004) dan Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999), Boediono telah menjabat Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Ia juga pernah menjabat Direktur Bank Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto.

Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, ini memperoleh gelar S1 (Bachelor of Economics (Hons.)) dari [Universitas Western Australia] pada tahun 1967. Lima tahun kemudian, meraih gelar Master of Economics dari Universitas Monash. Kemudian meraih gelar S3 (Ph.D) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania pada tahun 1979. (tokohindonesia.com)

Nama :
Prof. Dr. Boediono

Lahir :
Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943

Agama :
Islam

Isteri:
Herawati

Anak:
Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan

Pendidikan :
- S1 : Bachelor of Economics (Hons.), University of Western Australia (1967)
- S2 : Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia (1972)
- S3 : Doktor Ekonomi Bisnis Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat (1979)

Pekerjaan:
- Gubernur Bank Indonesia (2008-2013)
- Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2009)
- Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
- Penasehat Komisaris PT Pertamina (2003)
- Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
- Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter (1997-1998)
- Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)
- Presiden Komisaris PT Bank PDFCI (1994-1998)
- Staf Ahli Dewan Moneter (1974)
- Wakil Direktur Workshop Purna Sarjana Ekonomi dan Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1973-1975)
- Internal Auditor Bank of America cabang Jakarta (1969-1970)
- Dosen Fakultas Ekonomi UGM

Alamat:
Jalan Mampang Prapatan XX No.26, Jakarta Selatan

jk-win

Profil SBY-BOEDIONO Ujian Masuk Bersama PTS
Jun 05

A. CALON PRESIDEN

Nama : M. Jusuf Kallaphoto-jk

Tempat dan Tanggal Lahir : Watampone-Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Nama Istri : Ny. Mufidah Jusuf

Jumlah Anak : Lima orang

Pekerjaan : Wakil Presiden Republik Indonesia (2004-2009)

Riwayat Pendidikan :

  • Fakultas Ekonomi, Universitas Universitas HasanudinMakassar, 1967

PENGALAMAN ORGANISASI :

  • Mahasiswa

(1964-1966) Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNHAS

(1965-1966) Ketua Umum HMI Cabang Makassar

(1966-1968) Ketua umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Sulsel

  • Profesi

(1985-1997) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sulsel

(1997-2002) Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia

(1985-1995) Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Sulsel

(1987-2000) Wakil Ketua ISEI Pusat

(2000-sekarang) Penasehat ISEI

(1990-sekarang) Ketua Umum Ikatan Alumni UNHAS Makassar

  • Sosial/Pendidikan

(1975-1995) Ketua Yayasan Universitas Muslim Indonesia, Makassar

(1975-sekarang) Ketua Perguruan Islam Datumuseng Makassar

(1980-sekarang) Anggota Dewan Penyantun UNHAS, IAIN, IKIP Makassar

(1982-sekarang) Ketua Umum Yayasan Pendidikan Hadji Kalla

(1990-sekarang) Ketua Umum Yayasan Pendidikan Al Gazali Makassar

(2002-2006) Anggota Wali Amanat IPB Bogor

(2004-sekarang) Dewan Penyantun Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan

Ketua Umum Antar Agama Sulsel

PENGALAMAN PEKERJAAN:

  • Pemerintahan

(1999-2000) Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

(2001-2004) Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI

  • Legislatif

(1965-1968) Anggota DPRD Sulawesi Selatan

(1982-1987) Anggota MPR RI Utusan Golkar

(1987-1992) Anggota MPR RI Utusan Golkar

(1992-1997) Anggota MPR RI Utusan Daerah

(1997-1999) Anggota MPR RI Utusan Daerah

  • Golkar

(1965-1968) Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan

(1978-1999) Anggota Dewan Penasihat DPD Golkar Sulsel

(1999-2004) Anggota Dewan Penasihat DPP Golkar Sulsel

(2004-sekarang) Ketua Umum DPP Partai Golkar

  • Dunia Usaha

(1966-2001) Direktur Utama CV. Hadji Kalla

(1969-2001) Direktur Utama PT. Bumi Karsa

(1988-2001) Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama

(1988-2001) Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama

(1993-2001) Direktur Utama PT. Kalla Inti Surya

(1995-2001) Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International

PENGHARGAAN :

(2007) Doktor Honoris Causa dari Universitas Malaya

(2009) Doktor Honoris Causa dari Universitas Soka, Jepang

(2009) Menerima Tanda Kehormatan “Commander Del’ Odre de Leopold” dari Kerajaan Belgia

B. CALON WAKIL PRESIDEN

Nama : H. Wiranto, S.IP., SHphoto-wiranto

Tempat/Tangal Lahir : Yogyakarta, 4 April 1947

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Istri : Hj. Uga Usaman, SH., M.Si

Anak : Tiga orang

Pendidikan Formal

  • SD Tahun 1959

  • SMP Tahun 1962

  • SMA Tahun 1965

  • Akademi Militer Nasional Tahun 1968

  • Universitas Terbuka (Fak. Ilmu Sosial & Politik) Tahun 1995

  • Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer Tahun 1996

Kursus/Pelatihan

  • Sussarpara Tahun 1968

  • Sussarcab Infantri Tahun 1969

  • Susjursar Tahun 1972

  • Suslapa Infantri Tahun 1976

  • Suspabinlatsat Tahun 1984

  • Seskoad Tahun 1984

  • Lemhanas Tahun 1995

Pengalaman Jabatan

  • Dan To 1/C Yonif 713 DAM XIII TMT 01-11-69

  • Wadan Kima Yonif 713 DAM XIII TMT 01-01-71

  • Kasi – 1 Yonif 713 DAM XIII TMT 01-01-72

  • Dan Kima Yonif 713 DAM XIII TMT 01-01-73

  • Kasi – 4 Yonif 713 DAM XIII TMT 01-04-75

  • Kasi – 2 Brigif L-18 Kostrad TMT 01-03-78

  • Dan Yonif – 713 DAM XIII/MDK TMT 14-04-80

  • Dan Yonif – 713 DAM XIII/MDK TMT 01-07-82

  • Karotiknik Dirbang Pusif TMT 01-07-83

  • Kadep Wilnik Pusif TMT 01-05-84

  • Kas Brigif – 9 Kostrad TMT 01-05-85

  • Waasops Kas Kostrad TMT 01-08-87

  • Asops Kasidivis – 2Kostad TMT 15-08-88

  • Ajudan Presiden RI TMT 01-10-89

  • Kas Dam Jaya TMT 25-03-93

  • Pangdam Jaya TMT 01-11-94

  • Pangkostrad TMT 01-03-96

  • Kasad TMT 07-06-97

  • Pangab TMT 11-02-98

  • Menhankam/Pangab TMT 16-03-98

  • Menkopolkam TMT 29-10-990

  • Ketua Dewan Eksekutif IDe Indonesia 2000- Sekarang

  • Ketua Umum DPP Partai Hanura 2006- Sekarang

Tanda Jasa/Penghargaan

  • BT. Mahaputra Adipradana

  • BT. Dharma

  • BT. Yudha Dharma Utama

  • BT. Kartika Eka Paksi Utama

  • BT. Jalasenasa Utama

  • BT. Swa Buana Paksa Utama

  • BT. Bhayangkara Utama

  • BT. Yudha Dharma Nararya

  • BT. Kartika Eka Paksi Pratama

  • BT. Veteran Timur Tengah

  • BT. Kehormatan dari Spanyol

  • BT. Kehormatan dari Australia

  • BT. Kehormatan dari Belanda

  • BT. Pingat Jasa Gemilang dari Singapura

  • BT. Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darusallam

  • BT. Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia

  • BT. Kesetiaan XXIV Tahun

  • BT. Penegak g-30-S/PKI

  • BT. Seroja

  • BT. Wirakarya

  • BT. Dwija Sistha

  • Manggala/Wirakarya Kencana

sumber kpu

13 Mei, 2009

saatnya rakyat sehat

sekiatr 7 orang anak manusia ...
yang masih sadar akan penindasan berdemo di bundaran sib medan
menyikapi jamkesmas yang tidak transparan dan mereka menamakan
gerakannya
barmas.........

http://www.facebook.com/photo.php?pid=5963&l=df8081eb23&id=1772071762: